Sabtu, 10 November 2018

METODOLOGI PEMADATAN TANAH


PENULISAN DAN PRESENTASI
METODOLOGI PEMADATAN TANAH UNTUK STABILITASI TANAH MENGGUNAKAN KAPUR


NAMA       : DIMAS RAMDHANI S
KELAS       : 3TA03
NPM           : 12316059

UNIVERSITAS GUNADARMA
2018





KATA PENGANTAR



           Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang hinga saat ini telah memberi kita nikmat iman secara jasmani dan rohani, sehingga saya diberi kesempatan untuk mengerjakaan tugas penulisan makalah tentang “PengerasanTanah Menggunakan Bahan Kapur.”
              Shalawat serta salam tak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi kita Nabi Muhammad ﷺ yang telah memberi kita cahaya islam dan memberikan kita petunjuk Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan petunjuk yang paling  benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta. Serta, saya dan sekeluarga kami dilingkungan kampus menyampaikan rasa terima kasih yang sebanyak-banyaknya untuk Ibu Diyanti selaku dosen mata kuliah Teknik Sipil Universitas Gunadarma yang telah memberi saya amanah dalam membuat dan menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Kami juga berharap dengan sungguh-sungguh supaya makalah ini mampu berguna serta bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan tentang pengerasan tanah menggunakan bahan kapur.
              Di akhir saya berharap makalah saya ini dapat dipahami oleh setiap pembaca. Saya memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam pembuatan makalah saya dan terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................ 1
1.1     Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2     Rumusan Masalah................................................................................... 2
1.3     Tujuan..................................................................................................... 3
BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................................... 3
2.1     Pengertian Kapur.................................................................................... 3
2.2     Definisi pemadatan................................................................................. 3
2.3     Cara perbaikan tanah pada umumnya..................................................... 4
2.4     Klasifikasi Tanah pada umumnya........................................................... 10
2.5     Jenis – jenis kapur................................................................................... 10
2.6     Persyaratan bahan yang digunakan......................................................... 12
2.7     Cara pengerjaan pemadatan di lapangan................................................. 17
BAB 3 PENUTUP......................................................................................................... 19
3.1     Kesimpulan............................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 20

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1                Latar Belakang
              Tanah adalah bagian yang terdapat pada kerak bumi yang tersusun atas mineral dan bahan organik. Tanah merupakan salah satu penunjang yang membantu kehidupan semua mahluk hidup yang ada di bumi. Tanah sangat mendukung terhadap kehidupan tanaman yang menyediakan hara dan air di bumi. selain itu, Tanah juga merupakan tempat hidup berbagai mikroorganisme yang ada di bumi dan juga merupakan tempat berpijak bagi sebagian mahluk hidup yang ada di darat. Dari segi klimatologi , tanah memegang peranan penting sebagai penyimpan air dan mencegah terjadinya erosi. Meskipun tanah sendiri juga bisa tererosi.
              Permasalahan daya dukung tanah (stabilisasi tanah) sering sekali muncul dalam pengerjaan  jalan. Banyak upaya yang sudah di lakukan dalam upaya menaikan daya dukung tanah salah satunya dengan mengunakan Geotextil, tetapi upaya tersebut dianggap terlalu sulit dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
              Dalam beberapa tahun terakhir, ada beberapa terobosan baru dalam perkembangan metode stabilizer tanah – menggunakan bentuk cair. Untuk menghemat ongkos transportasi dan kemudahan  penerapannya, para peneliti telah berusaha untuk mengembangkan stabilizer tanah berbahan dasar cair.  Namun, ternyata bahan dasar cair kurang efektif apabila dibandingkan stabilizer yang lama. Bentuk cair tidak dapat menyatu benar dengan tanah karena sebuah tanah bisa terlalu keropos atau malah terlalu kuat untuk bahan cair bisa menembusnya. Bahan dasar cair juga hanya bisa dipakai di lapisan jalan paling atas sehingga tidak bisa menstabilkan lapisan bawah, sehingga tidak sanggup menahan beban yang terlalu besar.
              Maka pada kesempatan yang besar ini kami sedikit mengupas tentang Metodologi Stabilitasi Tanah dengan kapur dari materi yang sesuai dengan referensi yang bisa membantu pembaca.


1.2      RUMUSAN MASALAH
           Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.       Bagaimana cara pencampuran tanah dengan kapur ?
2.       Berapa campuran agar mendapat hasil yang maksimal ?
3.       Apa saja persyaratan bahan yang digunakan untuk proses pencampuran ?
4.       Bagaimana perbandingan antara tanah biasa dengan tanah yang telah dicampur denga kapur?
1.3      TUJUAN PENELITIAN
           Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
              1.       Besarnya daya dukung (bearing capacity) tanah urug setelah dicampur dengan kapur.
              2.       Prosentase penggunaan kapur yang harus ditambahkan ke dalam tanah urug agar menghasilkan daya dukung tanah yang diinginkan.



BAB 2
PEMBAHASAN


2.1      PENGERTIAN KAPUR
Gamping atau kapur merupakan salah satu bahan galian industri. Ia merupakan batuan padat dengan komposisi berupa kalsium karbonat dengan warna putih, abu-abu, kuning tua, abu kebiruan, jinggam hitam dengan B.D-nya antara 2,6 – 2,8. Bentuknya berupa pegunungan gamping/kapur yang berupa kalsit (Kristal kapur) dan kapur yang sudah mulai lapuk.

2.2      DEFINISI PEMADATAN
           Teknik pemadatan merupakan cara perbaikan tanah yang relative mudah dan sederhana. Dengan pemadatan kuat geser tanah akan meningkat (improvement) sehingga meningkatkan kuat dukung fondasi.
              Pada pemadatan tanah tanah semula akan diberi energy mekanis yang dinamis(berulang ulang) sehingga volume tanah berkurang yang kemudian nilai berat volume tanahnya bertambah. Pengurangan volume tanah terjadi karena volume udara termampatkan. Contoh yang banyak ditemui adalah  roler (stum) pada pekerjaan pemadatan tanah jalan.Bentuk lain dari pengurangan volume tanah adalah dengan cara konsolidasi. Cara konsolidasi yaitu memberikan energy dengan beban yang diam dalam jangka waktu tertentu. Cara ini khusus untuk tanah-tanah kohesif.
Derajat pemadatan suatu tanah diukur dalam berat volume kering. Pada saat pemadatan air berfungsi sebagai pelunak (softening agent). Pada mulanya saat kadar air 0% berat volume sama dengan berat volume kering. Jika kadar air bertambah maka berat volume akan bertambah pula, tapi pada batas tertentu (OMC dan MDD) apabila kadar air ditambah lagi berat volume akan menurun. Hal ini disebabkan apabila sudah padat diberi air lagi partikel tanah akan bergerak dan rongga akan diisi air. Untuk mengetahui berat volume kering maksimum, dilakukan uji lab proctot standar.

Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi:
·                Jenis tanah
·                Kadar air
·                Cara pemadatan
·                Energy pemadatan(frekuensi pemadatan)                                               
              Pemadatan tanah yang baik tidak hanya sekali akan tetapi biasanya 3 kali. Pada pemadatan tanah di lapangan spesifikasi adalah 90-95 % dari berat volume maksimum yang telah ditentukan pada uji proctor. Untuk mengetahui berat volume di lapangan perlu adanya pengujian, beberapa prosedur standar antara lain :
·                Metode Kerucut pasir ( sand cone)
·                Metode balon karet (rubber ballon)
·                Metode nuklir ( nuclear)
Kepadatan Tanah Relatif


  

2.3      CARA PERBAIKAN TANAH  PADA UMUMNYA
A.      LAPISAN TANAH DASAR
              1.       Lapisan tanah dasar yang lunak
Pada umumnya lapisan tanah lunak adalah lempung atau lanau yang mempunyai nilai percobaan penetrasi stadar (Nspt=4) atau tanah organis seperti gambut (peat) yang mempunyai kadar air alami (natural water content) yang sangat tinggi dan juga tanah pasir lepas yang mempunyai nilai n = 10
              Adapun metoda stabilisasi lapisan tanah dasar  yang lunak :
·                Perbaikan karakteristik geseran
bertujuan untuk mnghindari kerusakan tanah , deformasi geseran dan      pengurangan tekanan tanah.

·                Perbaikan kemampatan
bertujuan untuk memperpendek waktu penurunan, karena konsolidasi dan    menghindarkan penurunan residual.
·                Pengurangan permeabilitas
              bertujuan untuk menghindari bocoran.
·                Perbaikan karakterristik
bertujuan untuk mengurangi getaran (vibrasi) dan menghindarkan pencairan (liquefaction) tegangan air pori meningkat dan tegangan efektif berkurang sewaktu terjadi gempa bumi.
              2.       Lapisan tanah dasar yang lunak dan kohesif :
Mengingat  lapisan tanah dasar yang lunak dan kohesif itu rumit beserta  karakteristik mekanisnya yang sulit, kadang – kadang penggalian untuk pondasi bangunan itu sulit dilakasanakan . Meskipun sudah diadakan tindakan pengamanan. Jadi dalam menghadapi pelaksanaan diatas, tanah yang lunak dan kohesif diperlukan suatu persiapan yang lengkap.
              Metoda – metoda yang digunakan :
              a.       Metoda perbaikan permukaan :
·                Metoda drainase permukaan (surface  drainage methode)
·                Metoda alas pasir (sand maat method)
·                Metoda bahan lembaran tipis (sheed  material method / geotextile)
              b. Metoda perpindahan (displacement method)
              Metoda ini dapat dibagi dalam dua macam :
·                Sesudah penggalian lapisan yang lunak dengan  alat berat, bahan tanah yang    baik  dimasukkan dan dipadatkan
·                Tanah yang lunak itu didesak dengan beban timbunan tanah yang baik atau didesak dengan ledakan
              c.       Metoda timbunan imbangan berat (counter –  weight fill mrthod)
Metoda ini terutama mengimbangi sisi tanggul supaya stabil, bilamana tidak diperoleh faktor keamanan yang diperlukan terhadap longsoran selama penimbunan dilaksanakan
              d. Metoda pembebanan perlahan – lahan
Metoda ini diterapkan bila kekuatan geser tanah tidak begitu besar dan cenderung akan runtuh jika timbunan dilaksanakan dengan cepat. untuk menghindari keruntuhan, maka pelakasanaan penimbunan harus diperlambat.
              Ada dua metoda untuk memperlambat  kecepatan pelaksanaan, yaitu :
·                Metoda peningkatan tinggi timbunan secara bertahap.
·                Metoda peningkatan tinggi timbunan secara kontinyu  dan  berangsur - angsur
              e. Metoda pembebanan
Untuk mengusahakan konsolidasi lapisan yang lunak dan memperbesar gaya geser
              Ada  4 metoda yang perlu diketahui :
·                Metoda pra pembebanan (pre loaading method)
·                Metoda beban tambahan (surchage method)
·                Metoda penurunan air tanah
·                Metoda pembebanan tekanan atmosfir
              f.  Metoda drainase vertikal.
Metoda ini sering diterapkan  bersama – sama dengan metoda pembebanan perlahan – lahan atau pembebanan. Beberapa macam metoda ini sering disebut sesuai dengan bahan yang dipakai, yaitu:
·                Metoda drainase pasir ( sand drain  method)
·                Metoda drainase sumbu kertas karton  (card board wick drain method)
·                Metoda drainase kertas plastik  (plastik board drain method)
              g. Metoda tiang pasir padat
Dalam metoda ini, pasir ditekan kedalam lapisan lunak dengan  pemadatan atau getaran, sehingga terbentuk tiang pasir padat
              h. Metoda tiang kapur
Kapur ditempatkan dalam bentuk tiang didalam tanah kohesif sama seperti pembuatan tiang pasir
              i.   Metoda pencampuran lapisan dalam (deep layer mixing treatment method)
Pada metoda ini, kapur atau stabilisator semen dikocok – kocok dan dicampur dengan tanah kohesif  pada kedalaman  tanah tersebut untuk mengkonsolidasikan tanah yang bersangkutan. Metoda ini belum lama dikembangkan
              3.       Lapisan tanah dasar berpasir lepas
Bilamana suatu gaya gempa bekerja pada tanah berpasir, maka sering tanah pasir tersebut mengalami peristiwa pencairan (liquifaksi / liquefaction) yang dapat mengakibatkan kerusakan yang berat.
Karakteristik liquifaksi yang terdiri dari tanah berpasir lepas dipengaruhi oleh Faktor – faktor sebagai berikut :
·                intensitas gempa bumi dan lamanya gempa bumi
·                kerapatan pasir
·                distribusi gradasi pasir
·                beban pada pasir atau tekanan bebas (confined pressure) pasir
              Metoda – metoda yang digunakan :
·                Metoda tiang pasir padat.
·                Metoda vibroflotasi (vibro floation method).
Pada metoda vibroflotasi , air disemprotkan kedalam lapisan tanah dengan bantuan suatu vibrator silinder. Air yang disemprotkan dan bergetar itu dapat memadatkan tanah berpasir bersamaan dengan penyemprotan air juga dimasukkan kerikil yang akan mengisi rongga –rongga yang terjadi.
              B. LAPISAN DANGKAL
Ada tiga metoda utama yang digunakan untuk mengadakan peningkatan stabilitas lapisan dangkal yaitu :
·                metoda fisik : contohnya pemadatan
·                metoda kimia : contohnya pencampuran atau penyuntikan (grouting) dengan semen , kapur dll
·                metoda pembekuan
              Macam-macam stabilisasi tanah dangkal :
              a.       Dengan pemadatan
              Pemadatan adalah merupakan metoda dasar untuk stabilisasi tanah.
Penerapan dengan metoda-metoda lainpun tanpa terkecuali selalu diikuti dengan metoda pemadatan
              Tujuan pemadatan tanah pada umumnya untuk :
·                Menaikkan kekuatan daya dukung tanah
·                Meperkecil pemampatan (compressibility)
·                Memperkecil daya rembes air
              Ada dua cara untuk melakukan percobaan pemadatan yaitu :
·                Percobaan dilaboratorium
·                Percobaan dilapangan
              Hal hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pemadatan tanah ialah :
·                Menghamparkan bahan secara merata dan tipis
·                Mengatur kadar air bahan timbunan secara tepat
·                Memilih mesin pemadat yang sesuai untuk memadatkan hasil yang baik
·                Menghindarkan lapangan pekerjaan dari penggenangan air atau infiltrasi air hujan
              b.      Dengan penyesuaian gradasi
Tujuan stabilisasi dengan metoda ini adalah untuk memperoleh  stabilitas jangka panjang. Stabilisasi dengan metoda penyesuaian gradasi telah dikembangkan terutama untuk menaikkan daya dukung lapisan dasar badan jalan atau landasan.
              c.       Stabilisasi dengan kapur atau semen
Kapur yang digunakan untuk stabilisasi lapisan yang dangkal, mempunyai efek terutama pada tanah kohesif. Sedangkan semen mempunyai efek pada tanah berpasir atau kerikil yang mengandung sedikit tanah berbutir halus.
              Metoda pencampuran untuk stabilisasi dengan kapur atau semen ada 3 macam :
              Metoda campuran terpusat :
·                    Tanah dicampur dengan bahan stabilisasi pada suatu tempat, kemudian diangkut ke tempat pekerjaan. Untuk itu diperlukan mesin pencampur
              Metoda campuran dalam galian :
·                    Bahan stabilisasi dicampur dengan tanah di lubang galian tanah, lalu  diangkut ke tempat pekerjaan.
Bahan stabilisasi dapat dipancangkan kedalam tanah dalam bentuk tiang , kemudian digali bersama – sama dan dicampur atau bahan stabilisasi ditaburkan diatas tanah sehingga pada penggalian terjadi pencampuran
·                Metoda pencampuran di tempat pekerjaan :
tanah dihamparkan di tempat pekerjaan, kemudian ditaburi bahan stabilisasi  dan dicampur atau tanah yang akan distabilisasi itu digaruk dan dicampur dengan bahan stabilisasi
d.      Stabilisasi dengan grouting
              Tujuan :
·                memperkuat daya dukung tanah pondasi
·                membendung air rembesan
·                mencegah deformasi tanah pondasi disekeliling
·                memperkuat bangunan –  bangunan yang lama
              e.      Stabilisasi dengan pembekuan
              C.      STABILISASI LAPISAN LEMPUNG MENGEMBANG
·                Pengembangan lempung terjadi  ketika kadar air bertambah dari nilai referensinya, dan penyusutan terjadi ketika kadar air berada dibawah nilai referensinya sampai kepada batas susut
·                Termasuk lempung mengembang apabila :  ll > 40 dan ip > 15
·                Ada beberapa  prosedur untuk menstabilisasi lempung mengembang :
·                Dicampur dengan kapur biasanya 2 % - 4 %
·                Dipadatkan pada keadaan yang lebih basah dari optimum (3 % - 4 %). Hal ini menjamin terdapatnya sruktur tanah lempung yang cukup terpencar dan pada saat yang sama menghasilkan kepadatan kering yang rendah. Terlihat bahwa kepadatan kering lempung mengembang merupakan parameter yang penting.
·                Mengontrol perubahan kadar air dari nilai referensinya (kadar air pada saat lempung itu akhirnya digunakan sebagai pendukung pondasi)
2.4      KLASIFIKASI TANAH PADA UMUMNYA
              Sistem klasifikasi AASHTO dibuat dengan mempertimbangkan kriteria sebagai berikut :
              1.  Ukuran butir tanah
                   a. Kerikil : fraksi melewati saringan 75-mm (3-inch ) dan tertahan pada saringan no 10 (2-mm)
              b. Pasir : fraksi melewati saringan no 10 (2 mm) dan tertahan pada saringan no 200 (0,075 mm)
                   c. Lumpur dan lanau : fraksi melewati saringan no 200
              2. Plastisitas
              Tanah disebut tanah berlumpur (silty) ketika fraksi halus tanah memiliki indeks plastisitas 10 atau kurang. Sedangkan tanah liat (clay) adalah ketika fraksi halus tanah memiliki indeks plastisitas 11 atau lebih.
3. Jika berbatu dan bongkah (ukuran lebih besar dari 75 mm) yang diuji, mereka dipisahkan dari bagian dari sampel tanah dari mana klasifikasi tersebut dibuat. Namun, persentase material tersebut dicatat.
              Untuk mengklasifikasikan tanah yang sesuai dengan tabel dibawah, kita harus menerapkan data uji mulai dari kiri ke kanan. Dengan proses eliminasi, tanah dikelompokan pertama dari kiri lalu menuju ke kriteria yang sesuai.
2         JENIS – JENIS KAPUR
              Jenis – jenis Kapur
              Ada beberapa jenis kapur antara lain :
·      kapur tipe I adalah kapur yang mengandung kalsium hidrat tinggi; dengan kadar Magnesium Oksida (MgO) paling tinggi 4% berat;
·      kapur tipe II adalah kapur Magnesium atau Dolomit yang mengandung Magnesium Oksida lebih dari 4% dan paling tinggi 36% berat;
·      kapur tohor (CaO) adalah hasil pembakaran batu kapur pada suhu ± 90°C, dengan komposisi sebagian besar Kalsium Karbonat (CaCO3);
·      kapur padam adalah hasil pemadaman kapur tohor dengan air, sehingga membentuk hidrat [Ca(OH)2].
              Mekanisme dasar stabilisasi dengan kapur :
1. Adanya ikatan ion Ca, Mg dan Na yang menyebabkan bertambahnya ikatan antara partikel tanah.
2. Adanya proses sementasi (antara kapur dan tanah sehingga kekuatan geser/daya dukung tanah  menjadi naik)
3. Stabilitas tanah dengan campuran kapur hanya efektif digunakan untuk tanah lempung dan tidak     efektif untuk tanah pasir
              Material yang diperlukan pada stabilitas tanah kapur :
              1.     Kapur
Berdasarkan SNI 03-4147-1996 Kapur yang digunakan sebagai bahan stabilisasi tanah adalah kapur padam dan kapur tohor.
              2. Tanah
·      Efektif digunakan pada tanah lempung yang plastisitasnya tinggi.
·      Membuat struktur tanah jadi rapuh sehingga mudah dipadatkan dengan konsekuensi  nilai kepadatan maksimum menjadi turun
              3. Air
·      Air   yang   digunakan   adalah   air   yang   tidak mengandung asam.
·      Air   laut   boleh   digunakan   tapi   tidak   boleh mengalami kontak dengan lapisan aspal
              Spesifikasi Persyaratan untuk Kapur
              1. Calcium oxide (CaO) kandungan Ca & MgO > 92 %
              2. CO2 (oven) < 3 % ; CO2 (lap) < 10 %
              3. Calcium Hidroxide (Ca(OH)2) kandungan Ca & MgO > 95 %
              4. CO2 (oven) < 5 % ; CO2 (lap) < 7 %
              Sifat-sifat kapur, antara lain:
·      Mempunyai sifat plastis yang baik
·      Sebagai mortel, memberi kekuatan pada tembok
·      Dapat mengeras dengan cepat dan mudah
·      Mudah di kerjakan
·      Mempunyai ikatan yang bagus dengan batu atau bata
·      Mengurangi sifat mengembang dari tanah
·      Meningkatkan daya dukung dari tanah

2.5      PERSYARATAN BAHAN YANG DIGUNAKAN
           Persyaratan bahan yang digunakan pada percobaan ini, yaitu:
1.    Tanah yang akan distabilisasi dengan kapur adalah tanah yang kohesi, berbutir halus, atau lempung
2.    Kapur yang akan digunakan sebagai bahan stabiliasi di lapangan sama dengan jenis kapur yang di akan diuji coba di laboratorium
              Persyaratan bahan adalah sebagai berikut :
1)  tanah yang akan distabilisasi dengan kapur adalah tanah yang berkohesi, berbutir halus atau lempung yang sama dengan yang direncanakan di laboratorium sesuai SK SNI T-14-1992-03 tentang Tata Cara Perencanaan Stabilisasi Tanah dengan Kapur;
2) kapur yang akan digunakan sebagai bahan stabilisasi di lapangan adalah sama dengan jenis kapur yang digunakan dalam perencanaan campuran stabilisasi tanah dengan kapur di laboratorium.
              Peralatan yang digunakan harus layak pakai .
              Alat penghampar, yaitu :
              1)  tangki air;
              2)  alat pemadat;
              3)  alat bantu.
              Peralatan  
              Peralatan yang digunakan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
·      alat pencampur untuk pencampuran tanah dan kapur serta air di lapangan dapat digunakan salah satu dari alat-alat berikut ini:
·      alat-alat pertanian, yaitu : alat pencampur pupuk alat pemecah tanah dan alat pembajak tanah;
             
              alat pembentuk mekanik;
pencampur berjalan yaitu : alat pencampur menerus dan tempat pencampur berjalan;
              pengaduk rotor:
              cangkul mekanik atau sekop mekanik;
              2)  alat pembentuk permukaan tanah;
              3)  alat penghampar, yaitu :
·         Truk jangkit;
·         alat penyebar mekanik;
·         alat manual.
4)  tangki air yang dilengkapi distributor untuk menyiram pekerjaan selama pencampuran dan pemadatan;
              5) alat pemadat, yaitu :
·         pemadat roda karet 10 – 12 ton;
·         pemadat roda tandem 8 – 10 ton.
              6)  alat bantu, yaitu :
·         penggaruk;
·         sekop;
·         roda dorong dan alat bantu lainnya yang diperlukan.
             
              Persiapan di Lapangan  
              Persiapan di lapangan, sebagai berikut :
1)  tanah dasar yang akan distabilisasi harus dibersihkan dari kotoran dan bahan organis serta bahan yang tidak dikehendaki serta dijaga kelembabannya;
2)  sebelum diberi kapur untuk dicampur, tanah dipecah dan digemburkan terlebih dahulu dengan alat yang sesuai dengan jenis tanah yang akan digemburkan;
3)  air yang digunakan harus bersih tidak mengandung asam, alkali, bahan organik, minyak, sulfat dan klorida di atas nilai yang diijinkan sesuai SK SNI T-14-1992-03 tentang Tata Cara Pembuatan Rencana Stabilisasi Tanah dengan Kapur.
              Percobaan Lapangan  
Pencampuran kadar kapur yang sudah direncanakan di laboratorium, diperiksa dengan faktor efisiensi pencampuran di lapangan dengan ketentuan sebagai berikut :
              1)  rumus untuk menghitung faktor efisiensi, yaitu : 

              F.E =  Kekuatan bahan yang dicampur di lapangan
                         kekuatan bahan yang dicampur di laboratorium  . . . .  . . . . . . (1) 
              Keterangan : Kekuatan bahan, diuji dengan pengujian kuat tekan bebas.
              2)  faktor efisiensi hubungannya dengan alat pencampuran, yaitu :
·           alat pembentuk mekanik : 40 – 50%;
·           alat pencampur rotor : 60 – 80%;
·           instalasi pencampur : 80 – 100%.
3)  percobaan lapangan dilaksanakan dengan membuat jalur percobaan minimum sepanjang 200 meter.
              4)  selama percobaan harus dilakukan hal-hal, sebagai berikut :
·      kegemburan tanah;
·      faktor efisiensi;
·      derajat kepadatan yang dicapai oleh alat pemadat;
·      efektifitas alat pencampur;
              Cara perawatan.
              Pemadatan  
              Ketentuan pemadatan, sebagai berikut :
1)  tebal padat setiap lapisan 15 – 20 cm, jumlah lintasan untuk tebal lapisan padat disesuaikan dengan ruas        percobaan;
2)  panjang maksimum pemadatan disesuaikan dengan kapasitas produksi dan kemampuan peralatan pemadatan;
              3)  pemadatan harus mencapai 95% kepadatan laboratorium;
4)  bila akan memadatkan bagian berikutnya, bagian tepi yang akan disambung dan sudah dipadatkan harus dipotong tegak lurus dan roda pemadat tidak menggilas bagian yang sudah dipadatkan terlebih dahulu sewaktu menggilas bagian yang baru;
5)  selama melaksanakan pekerjaan stabilisasi tanah dengan kapur sebaiknya dilakukan dalam cuaca hangat.
              Perawatan dan Perlindungan   
              Ketentuan perawatan dan perlindungan, sebagai berikut :
1)  lapisan stabilisasi tanah dengan kapur harus dirawat untuk mencegah kehilangan kadar air yang diperlukan untuk berhidrasi dengan cara memberi penutup selama 4 hari;
2)  selama masa perawatan, permukaan stabilisasi tanah dengan kapur tidak boleh dilewati lalu lintas atau alat-alat berat.
              Pengendalian Mutu  
Pengendalian mutu terdiri dari pengendalian mutu persiapan tanah dan pengendalian mutu persiapan tanah dan pengendalian mutu stabilisasi tanah dengan kapur yang meliputi :
              1)  pemeriksaan kerataan;
              2)  pemeriksaan penggemburan;
              3)  pemeriksaan pencampuran;
              4)  pemeriksaan kepadatan;
              5)  pemeriksaan ketebalan;
              6)  perawatan.
              Pemeriksaan Kerataan  
              Pemeriksaan kerataan, sebagai berikut :
1)  kerataan tanah harus diperiksa setiap jarak 25 meter dengan menggunakan mistar pengukur kerataan panjang 3 m;
              2)  ketidakrataan di bawah mistar yang diijinkan, yaitu 1,5 cm;
3)  bagian yang lemah seperti terlalu basah atau kurang padat harus diperiksa secara visual dan ditangani menurut ketentuan yang berlaku.

              Pemeriksaan Penggemburan 
Pemeriksaan penggemburan dapat dilakukan dengan mengambil satu contoh tanah yang sudah diproses untuk setiap 2 m2; proses kegemburan dapat dikontrol dengan rumus : 
              PK = A/B x 100% .................................................................................... (2) 
              Keterangan : 
              PK  =  proses kegemburan 
              A  =  berat kering tanah yang lolos saringan tanah No. 4
B  =  berat kering total contoh (tidak termasuk kerikil yang tertahan saringan No. 4).
              Pemeriksaan Pencampuran 
              Pemeriksaan pencampuran, sebagai berikut :
              1)  keseragaman bahan setelah pencampuran dapat dilakukan secara visual;
2)  membuat galian ke arah melintang dengan ketebalan setebal hamparan setiap 50 m;
3)  bila hasil dari penelitian visual, campuran telah menunjukkan keseragaman yang baik maka contoh dapat diambil untuk dilakukan pengujian untuk mencari faktor efisiensi dari pencampuran.
              Pemeriksaan Kepadatan 
              Pemeriksaan kepadatan, sebagai berikut :
              1)  kepadatan harus diperiksa minimal satu titik untuk setiap 500 m2;
2)  dilakukan dengan memakai alat kerucut pasir, silinder tekan atau gelembung balon karet bila masih kurang padat maka lintasan harus ditambah seperlunya.
              Pemeriksaan Ketebalan 
              Pemeriksaan ketebalan, sebagai berikut :
1)  ketebalan hasil stabilisasi tanah dengan kapur harus diperiksa pada setiap jarak 50 m;
2)  tebal padat stabilisasi tanah dengan kapur yang sudah selesai tidak boleh kurang dari 1,25 cm dari tebal rencana.

              Perawatan 
Selama waktu perawatan perlu dilakukan pengamatan kelembaban secara periodik setiap 24 jam, selama waktu perawatan.

2.6      CARA PENGERJAAN   
Langkah-langkah cara pengerjaan stabilisasi tanah dengan kapur di lapangan, sebagai  berikut :
·      siapkan tanah yang akan distabilisasi untuk pencampuran stabilisasi tanah lempung dengan kapur dilakukan di tempat;
·      gemburkan tanah yang akan distabilisasi sesuai dengan sub bab 3.2;
·      hamparkan kapur yang akan dicampur secara merata dengan cara manual atau dengan alat penyebar mekanik, sesuai dengan yang dibutuhkan apabila pencampuran dilakukan di lokasi setempat;
·      aduk kedua bahan sampai merata, selama pengadukan dapat ditambahkan air bila diperlukan dan pemberian air dilakukan secara bertahap sampai memenuhi ketentuan yang berlaku;
·      sesuaikan dengan yang direncanakan dan kemampuan alat pencampur tebal campuran di lapangan sebelum dipadatkan, yaitu 30 cm lepas;
·      padatkan tanah pada butir dengan menggunakan pemadat roda karet atau yang sejenis sesuai dengan ketentuan Sub Bab 3.3;
·      lakukan pemadatan dari tepi menuju ke tengah sejajar sumbu jalan pada bagian yang lurus; sedangkan pada tikungan dilakukan dari bagian yang rendah ke bagian yang tinggi sejajar sumbu jalan, demikian pula pada tanjakan, pemadatan dilakukan dari bagian yang rendah menuju ke tempat yang tinggi sejajar sumbu jalan;
·      lakukan pemadatan awal dengan pemadat roda karet; pada lintasan pertama roda penggerak dari mesin penggilas ditempatkan di depan; setelah pemadatan awal jika masih perlu diratakan dan dibentuk, dipakai alat pembentuk mekanik;
·      lakukan pemadatan akhir dengan alat pemadat roda tandem, setelah kerataan memenuhi persyaratan;
·      periksa kepadatannya dan ukur tebal lapisan padat setelah minimum 4 lintasan;
·      usahakan konstruksi lapisan campuran tidak menjadi kering, selama pelaksanaan dan selama masa perawatan;
·      lakukan pengendalian mutu selama pekerjaan berlangsung; pengamatan kelembaban dilakukan untuk menentukan efektivitas cara perawatan yang digunakan.







BAB 3
PENUTUP


3.1   Kesimpulan

          Penelitian ini dapat di simpulkan bahwa stabilisasi tanah dengan menggunakan kapur terbukti  bahwa terjadi peningkatan daya dukung tanah yaitu Sebelum distabilisasi, daya dukung tanah adalah 2%, dan setelah distabilisasi atau ditambahkan kapur lime kedalam tanah, daya dukung meningkat menjadi 5%, sehingga dapat dipergunakan sebagai tanah dasar perkerasan  jalan raya. Penilitan dilakukan di laboratorium jalan raya dengan alat proctor. 10 - 30% kapur lime dari berat volume tanah dengan selang 5% ditambahkan pada tanah, diaduk kemudian dipadatkan dengan alat Proctor.
















DAFTAR PUSTAKA