PENULISAN DAN
PRESENTASI
METODOLOGI PEMADATAN
TANAH UNTUK STABILITASI TANAH MENGGUNAKAN KAPUR
NAMA : DIMAS RAMDHANI S
KELAS : 3TA03
NPM : 12316059
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2018
KATA
PENGANTAR
Puji syukur atas
kehadirat Allah SWT yang hinga saat ini telah memberi kita nikmat iman secara
jasmani dan rohani, sehingga saya diberi kesempatan untuk mengerjakaan tugas
penulisan makalah tentang “PengerasanTanah Menggunakan Bahan Kapur.”
Shalawat serta salam tak lupa
selalu kita haturkan untuk junjungan nabi kita Nabi Muhammad ﷺ yang telah
memberi kita cahaya islam dan memberikan kita petunjuk Allah SWT untuk kita
semua, yang merupakan petunjuk yang paling
benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya
karunia paling besar bagi seluruh alam semesta. Serta, saya dan sekeluarga kami
dilingkungan kampus menyampaikan rasa terima kasih yang sebanyak-banyaknya
untuk Ibu Diyanti selaku dosen mata kuliah Teknik Sipil Universitas Gunadarma
yang telah memberi saya amanah dalam membuat dan menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Kami juga berharap dengan sungguh-sungguh supaya makalah
ini mampu berguna serta bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan tentang pengerasan
tanah menggunakan bahan kapur.
Di akhir saya berharap makalah
saya ini dapat dipahami oleh setiap pembaca. Saya memohon maaf yang
sebesar-besarnya apabila dalam pembuatan makalah saya dan terdapat perkataan
yang tidak berkenan di hati.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR...................................................................................................
i
DAFTAR
ISI..................................................................................................................
ii
BAB
1 PENDAHULUAN............................................................................................
1
1.1 Latar Belakang........................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................
2
1.3 Tujuan.....................................................................................................
3
BAB 2 PEMBAHASAN...............................................................................................
3
2.1 Pengertian Kapur....................................................................................
3
2.2 Definisi pemadatan.................................................................................
3
2.3 Cara perbaikan tanah pada umumnya.....................................................
4
2.4 Klasifikasi Tanah pada umumnya........................................................... 10
2.5 Jenis – jenis kapur................................................................................... 10
2.6 Persyaratan bahan yang digunakan......................................................... 12
2.7 Cara pengerjaan pemadatan di lapangan................................................. 17
BAB
3 PENUTUP......................................................................................................... 19
3.1 Kesimpulan............................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 20
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Tanah
adalah bagian yang terdapat pada kerak bumi yang tersusun atas mineral dan
bahan organik. Tanah merupakan salah satu penunjang yang membantu kehidupan
semua mahluk hidup yang ada di bumi. Tanah sangat mendukung terhadap kehidupan
tanaman yang menyediakan hara dan air di bumi. selain itu, Tanah juga merupakan
tempat hidup berbagai mikroorganisme yang ada di bumi dan juga merupakan tempat
berpijak bagi sebagian mahluk hidup yang ada di darat. Dari segi klimatologi ,
tanah memegang peranan penting sebagai penyimpan air dan mencegah terjadinya
erosi. Meskipun tanah sendiri juga bisa tererosi.
Permasalahan daya dukung tanah (stabilisasi
tanah) sering sekali muncul dalam pengerjaan
jalan. Banyak upaya yang sudah di lakukan dalam upaya menaikan daya
dukung tanah salah satunya dengan mengunakan Geotextil, tetapi upaya tersebut
dianggap terlalu sulit dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Dalam beberapa tahun terakhir, ada
beberapa terobosan baru dalam perkembangan metode stabilizer tanah –
menggunakan bentuk cair. Untuk menghemat ongkos transportasi dan kemudahan penerapannya, para peneliti telah berusaha
untuk mengembangkan stabilizer tanah berbahan dasar cair. Namun, ternyata bahan dasar cair kurang
efektif apabila dibandingkan stabilizer yang lama. Bentuk cair tidak dapat
menyatu benar dengan tanah karena sebuah tanah bisa terlalu keropos atau malah
terlalu kuat untuk bahan cair bisa menembusnya. Bahan dasar cair juga hanya
bisa dipakai di lapisan jalan paling atas sehingga tidak bisa menstabilkan
lapisan bawah, sehingga tidak sanggup menahan beban yang terlalu besar.
Maka pada kesempatan yang besar
ini kami sedikit mengupas tentang Metodologi Stabilitasi Tanah dengan kapur
dari materi yang sesuai dengan referensi yang bisa membantu pembaca.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
cara pencampuran tanah dengan kapur ?
2. Berapa
campuran agar mendapat hasil yang maksimal ?
3. Apa
saja persyaratan bahan yang digunakan untuk proses pencampuran ?
4. Bagaimana perbandingan antara tanah biasa
dengan tanah yang telah dicampur denga kapur?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui:
1. Besarnya
daya dukung (bearing capacity) tanah urug setelah dicampur dengan kapur.
2. Prosentase
penggunaan kapur yang harus ditambahkan ke dalam tanah urug agar menghasilkan
daya dukung tanah yang diinginkan.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN KAPUR
Gamping atau kapur merupakan salah
satu bahan galian industri. Ia merupakan batuan padat dengan komposisi berupa
kalsium karbonat dengan warna putih, abu-abu, kuning tua, abu kebiruan, jinggam
hitam dengan B.D-nya antara 2,6 – 2,8. Bentuknya berupa pegunungan
gamping/kapur yang berupa kalsit (Kristal kapur) dan kapur yang sudah mulai
lapuk.
2.2 DEFINISI
PEMADATAN
Teknik
pemadatan merupakan cara perbaikan tanah yang relative mudah dan sederhana.
Dengan pemadatan kuat geser tanah akan meningkat (improvement) sehingga
meningkatkan kuat dukung fondasi.
Pada pemadatan tanah tanah semula
akan diberi energy mekanis yang dinamis(berulang ulang) sehingga volume tanah
berkurang yang kemudian nilai berat volume tanahnya bertambah. Pengurangan
volume tanah terjadi karena volume udara termampatkan. Contoh yang banyak
ditemui adalah roler (stum) pada pekerjaan
pemadatan tanah jalan.Bentuk lain dari pengurangan volume tanah adalah dengan
cara konsolidasi. Cara konsolidasi yaitu memberikan energy dengan beban yang
diam dalam jangka waktu tertentu. Cara ini khusus untuk tanah-tanah kohesif.
Derajat pemadatan suatu tanah
diukur dalam berat volume kering. Pada saat pemadatan air berfungsi sebagai
pelunak (softening agent). Pada mulanya saat kadar air 0% berat volume sama
dengan berat volume kering. Jika kadar air bertambah maka berat volume akan
bertambah pula, tapi pada batas tertentu (OMC dan MDD) apabila kadar air
ditambah lagi berat volume akan menurun. Hal ini disebabkan apabila sudah padat
diberi air lagi partikel tanah akan bergerak dan rongga akan diisi air. Untuk
mengetahui berat volume kering maksimum, dilakukan uji lab proctot standar.
Faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi:
·
Jenis tanah
·
Kadar air
·
Cara pemadatan
·
Energy
pemadatan(frekuensi pemadatan)
Pemadatan tanah yang baik tidak
hanya sekali akan tetapi biasanya 3 kali. Pada pemadatan tanah di lapangan
spesifikasi adalah 90-95 % dari berat volume maksimum yang telah ditentukan
pada uji proctor. Untuk mengetahui berat volume di lapangan perlu adanya
pengujian, beberapa prosedur standar antara lain :
·
Metode Kerucut pasir (
sand cone)
·
Metode balon karet
(rubber ballon)
·
Metode nuklir (
nuclear)
Kepadatan Tanah Relatif
2.3 CARA PERBAIKAN TANAH PADA UMUMNYA
A. LAPISAN TANAH DASAR
1. Lapisan tanah dasar yang lunak
Pada umumnya lapisan tanah lunak
adalah lempung atau lanau yang mempunyai nilai percobaan penetrasi stadar
(Nspt=4) atau tanah organis seperti gambut (peat) yang mempunyai kadar air
alami (natural water content) yang sangat tinggi dan juga tanah pasir lepas
yang mempunyai nilai n = 10
Adapun metoda stabilisasi lapisan
tanah dasar yang lunak :
·
Perbaikan karakteristik
geseran
bertujuan untuk mnghindari
kerusakan tanah , deformasi geseran dan
pengurangan tekanan tanah.
·
Perbaikan kemampatan
bertujuan untuk memperpendek waktu
penurunan, karena konsolidasi dan
menghindarkan penurunan residual.
·
Pengurangan
permeabilitas
bertujuan untuk menghindari
bocoran.
·
Perbaikan
karakterristik
bertujuan untuk mengurangi getaran
(vibrasi) dan menghindarkan pencairan (liquefaction) tegangan air pori
meningkat dan tegangan efektif berkurang sewaktu terjadi gempa bumi.
2. Lapisan tanah dasar yang lunak dan kohesif :
Mengingat lapisan tanah dasar yang lunak dan kohesif
itu rumit beserta karakteristik
mekanisnya yang sulit, kadang – kadang penggalian untuk pondasi bangunan itu
sulit dilakasanakan . Meskipun sudah diadakan tindakan pengamanan. Jadi dalam
menghadapi pelaksanaan diatas, tanah yang lunak dan kohesif diperlukan suatu
persiapan yang lengkap.
Metoda – metoda yang digunakan :
a. Metoda perbaikan permukaan :
·
Metoda drainase
permukaan (surface drainage methode)
·
Metoda alas pasir (sand
maat method)
·
Metoda bahan lembaran
tipis (sheed material method /
geotextile)
b. Metoda perpindahan
(displacement method)
Metoda ini dapat dibagi dalam dua
macam :
·
Sesudah penggalian
lapisan yang lunak dengan alat berat,
bahan tanah yang baik dimasukkan dan dipadatkan
·
Tanah yang lunak itu
didesak dengan beban timbunan tanah yang baik atau didesak dengan ledakan
c. Metoda timbunan imbangan berat (counter – weight fill mrthod)
Metoda ini terutama mengimbangi
sisi tanggul supaya stabil, bilamana tidak diperoleh faktor keamanan yang
diperlukan terhadap longsoran selama penimbunan dilaksanakan
d. Metoda pembebanan perlahan –
lahan
Metoda ini diterapkan bila kekuatan
geser tanah tidak begitu besar dan cenderung akan runtuh jika timbunan
dilaksanakan dengan cepat. untuk menghindari keruntuhan, maka pelakasanaan
penimbunan harus diperlambat.
Ada
dua metoda untuk memperlambat kecepatan
pelaksanaan, yaitu :
·
Metoda peningkatan
tinggi timbunan secara bertahap.
·
Metoda peningkatan
tinggi timbunan secara kontinyu dan berangsur - angsur
e. Metoda pembebanan
Untuk mengusahakan konsolidasi
lapisan yang lunak dan memperbesar gaya geser
Ada 4 metoda yang perlu diketahui :
·
Metoda pra pembebanan
(pre loaading method)
·
Metoda beban tambahan
(surchage method)
·
Metoda penurunan air
tanah
·
Metoda pembebanan tekanan
atmosfir
f.
Metoda drainase vertikal.
Metoda ini sering diterapkan bersama – sama dengan metoda pembebanan
perlahan – lahan atau pembebanan. Beberapa macam metoda ini sering disebut
sesuai dengan bahan yang dipakai, yaitu:
·
Metoda drainase pasir (
sand drain method)
·
Metoda drainase sumbu
kertas karton (card board wick drain
method)
·
Metoda drainase kertas
plastik (plastik board drain method)
g. Metoda tiang pasir padat
Dalam metoda ini, pasir ditekan
kedalam lapisan lunak dengan pemadatan
atau getaran, sehingga terbentuk tiang pasir padat
h. Metoda tiang kapur
Kapur ditempatkan dalam bentuk
tiang didalam tanah kohesif sama seperti pembuatan tiang pasir
i. Metoda pencampuran lapisan dalam (deep layer
mixing treatment method)
Pada metoda ini, kapur atau
stabilisator semen dikocok – kocok dan dicampur dengan tanah kohesif pada kedalaman tanah tersebut untuk mengkonsolidasikan tanah
yang bersangkutan. Metoda ini belum lama dikembangkan
3. Lapisan
tanah dasar berpasir lepas
Bilamana suatu gaya gempa bekerja
pada tanah berpasir, maka sering tanah pasir tersebut mengalami peristiwa
pencairan (liquifaksi / liquefaction) yang dapat mengakibatkan kerusakan yang
berat.
Karakteristik liquifaksi yang
terdiri dari tanah berpasir lepas dipengaruhi oleh Faktor – faktor sebagai
berikut :
·
intensitas gempa bumi
dan lamanya gempa bumi
·
kerapatan pasir
·
distribusi gradasi
pasir
·
beban pada pasir atau
tekanan bebas (confined pressure) pasir
Metoda – metoda yang digunakan :
·
Metoda tiang pasir padat.
·
Metoda vibroflotasi
(vibro floation method).
Pada metoda vibroflotasi , air
disemprotkan kedalam lapisan tanah dengan bantuan suatu vibrator silinder. Air
yang disemprotkan dan bergetar itu dapat memadatkan tanah berpasir bersamaan
dengan penyemprotan air juga dimasukkan kerikil yang akan mengisi rongga
–rongga yang terjadi.
B. LAPISAN DANGKAL
Ada tiga metoda utama yang
digunakan untuk mengadakan peningkatan stabilitas lapisan dangkal yaitu :
·
metoda fisik :
contohnya pemadatan
·
metoda kimia :
contohnya pencampuran atau penyuntikan (grouting) dengan semen , kapur dll
·
metoda pembekuan
Macam-macam stabilisasi tanah
dangkal :
a. Dengan
pemadatan
Pemadatan
adalah merupakan metoda dasar untuk stabilisasi tanah.
Penerapan dengan metoda-metoda lainpun
tanpa terkecuali selalu diikuti dengan metoda pemadatan
Tujuan pemadatan tanah pada
umumnya untuk :
·
Menaikkan kekuatan daya
dukung tanah
·
Meperkecil pemampatan
(compressibility)
·
Memperkecil daya rembes
air
Ada dua cara untuk melakukan
percobaan pemadatan yaitu :
·
Percobaan
dilaboratorium
·
Percobaan dilapangan
Hal hal yang perlu diperhatikan
dalam pelaksanaan pemadatan tanah ialah :
·
Menghamparkan bahan
secara merata dan tipis
·
Mengatur kadar air
bahan timbunan secara tepat
·
Memilih mesin pemadat
yang sesuai untuk memadatkan hasil yang baik
·
Menghindarkan lapangan
pekerjaan dari penggenangan air atau infiltrasi air hujan
b. Dengan penyesuaian gradasi
Tujuan stabilisasi dengan metoda
ini adalah untuk memperoleh stabilitas
jangka panjang. Stabilisasi dengan metoda penyesuaian gradasi telah
dikembangkan terutama untuk menaikkan daya dukung lapisan dasar badan jalan
atau landasan.
c. Stabilisasi dengan kapur atau semen
Kapur yang digunakan untuk
stabilisasi lapisan yang dangkal, mempunyai efek terutama pada tanah kohesif.
Sedangkan semen mempunyai efek pada tanah berpasir atau kerikil yang mengandung
sedikit tanah berbutir halus.
Metoda pencampuran untuk
stabilisasi dengan kapur atau semen ada 3 macam :
Metoda campuran terpusat :
·
Tanah dicampur dengan
bahan stabilisasi pada suatu tempat, kemudian diangkut ke tempat pekerjaan.
Untuk itu diperlukan mesin pencampur
Metoda campuran dalam galian :
·
Bahan stabilisasi
dicampur dengan tanah di lubang galian tanah, lalu diangkut ke tempat pekerjaan.
Bahan stabilisasi dapat
dipancangkan kedalam tanah dalam bentuk tiang , kemudian digali bersama – sama
dan dicampur atau bahan stabilisasi ditaburkan diatas tanah sehingga pada
penggalian terjadi pencampuran
·
Metoda pencampuran di
tempat pekerjaan :
tanah dihamparkan di tempat
pekerjaan, kemudian ditaburi bahan stabilisasi
dan dicampur atau tanah yang akan distabilisasi itu digaruk dan dicampur
dengan bahan stabilisasi
d. Stabilisasi dengan grouting
Tujuan :
·
memperkuat daya dukung
tanah pondasi
·
membendung air rembesan
·
mencegah deformasi
tanah pondasi disekeliling
·
memperkuat bangunan
– bangunan yang lama
e. Stabilisasi
dengan pembekuan
C. STABILISASI
LAPISAN LEMPUNG MENGEMBANG
·
Pengembangan lempung
terjadi ketika kadar air bertambah dari
nilai referensinya, dan penyusutan terjadi ketika kadar air berada dibawah
nilai referensinya sampai kepada batas susut
·
Termasuk lempung
mengembang apabila : ll > 40 dan ip
> 15
·
Ada beberapa prosedur untuk menstabilisasi lempung
mengembang :
·
Dicampur dengan kapur
biasanya 2 % - 4 %
·
Dipadatkan pada keadaan
yang lebih basah dari optimum (3 % - 4 %). Hal ini menjamin terdapatnya sruktur
tanah lempung yang cukup terpencar dan pada saat yang sama menghasilkan
kepadatan kering yang rendah. Terlihat bahwa kepadatan kering lempung
mengembang merupakan parameter yang penting.
·
Mengontrol perubahan
kadar air dari nilai referensinya (kadar air pada saat lempung itu akhirnya
digunakan sebagai pendukung pondasi)
2.4 KLASIFIKASI TANAH PADA UMUMNYA
Sistem klasifikasi AASHTO dibuat
dengan mempertimbangkan kriteria sebagai berikut :
1. Ukuran
butir tanah
a. Kerikil : fraksi melewati saringan 75-mm (3-inch ) dan tertahan pada
saringan no 10 (2-mm)
b. Pasir : fraksi melewati saringan no 10 (2 mm) dan tertahan pada
saringan no 200 (0,075 mm)
c. Lumpur dan lanau : fraksi melewati saringan no 200
2. Plastisitas
Tanah disebut tanah berlumpur
(silty) ketika fraksi halus tanah memiliki indeks plastisitas 10 atau kurang.
Sedangkan tanah liat (clay) adalah ketika fraksi halus tanah memiliki indeks
plastisitas 11 atau lebih.
3.
Jika berbatu dan bongkah (ukuran lebih
besar dari 75 mm) yang diuji, mereka dipisahkan dari bagian dari sampel tanah
dari mana klasifikasi tersebut dibuat. Namun, persentase material tersebut
dicatat.
Untuk mengklasifikasikan tanah
yang sesuai dengan tabel dibawah, kita harus menerapkan data uji mulai dari
kiri ke kanan. Dengan proses eliminasi, tanah dikelompokan pertama dari kiri
lalu menuju ke kriteria yang sesuai.
2 JENIS – JENIS KAPUR
Jenis – jenis Kapur
Ada
beberapa jenis kapur antara lain :
· kapur
tipe I adalah kapur yang mengandung kalsium hidrat tinggi; dengan kadar
Magnesium Oksida (MgO) paling tinggi 4% berat;
· kapur
tipe II adalah kapur Magnesium atau Dolomit yang mengandung Magnesium Oksida
lebih dari 4% dan paling tinggi 36% berat;
· kapur
tohor (CaO) adalah hasil pembakaran batu kapur pada suhu ± 90°C, dengan
komposisi sebagian besar Kalsium Karbonat (CaCO3);
· kapur
padam adalah hasil pemadaman kapur tohor dengan air, sehingga membentuk hidrat
[Ca(OH)2].
Mekanisme dasar stabilisasi dengan
kapur :
1. Adanya ikatan
ion Ca, Mg dan Na yang menyebabkan bertambahnya ikatan antara partikel tanah.
2. Adanya proses
sementasi (antara kapur dan tanah sehingga kekuatan geser/daya dukung
tanah menjadi naik)
3. Stabilitas
tanah dengan campuran kapur hanya efektif digunakan untuk tanah lempung dan
tidak efektif untuk tanah pasir
Material yang diperlukan pada
stabilitas tanah kapur :
1. Kapur
Berdasarkan SNI
03-4147-1996 Kapur yang digunakan sebagai bahan stabilisasi tanah adalah kapur
padam dan kapur tohor.
2. Tanah
· Efektif
digunakan pada tanah lempung yang plastisitasnya tinggi.
· Membuat
struktur tanah jadi rapuh sehingga mudah dipadatkan dengan konsekuensi nilai kepadatan maksimum menjadi turun
3. Air
· Air yang
digunakan adalah air
yang tidak mengandung asam.
· Air laut
boleh digunakan tapi
tidak boleh mengalami kontak
dengan lapisan aspal
Spesifikasi Persyaratan untuk
Kapur
1. Calcium oxide (CaO) kandungan Ca
& MgO > 92 %
2. CO2 (oven) < 3 % ; CO2 (lap)
< 10 %
3. Calcium Hidroxide (Ca(OH)2)
kandungan Ca & MgO > 95 %
4. CO2 (oven) < 5 % ; CO2 (lap)
< 7 %
Sifat-sifat kapur, antara lain:
· Mempunyai
sifat plastis yang baik
· Sebagai
mortel, memberi kekuatan pada tembok
· Dapat
mengeras dengan cepat dan mudah
· Mudah
di kerjakan
· Mempunyai
ikatan yang bagus dengan batu atau bata
· Mengurangi
sifat mengembang dari tanah
· Meningkatkan
daya dukung dari tanah
2.5 PERSYARATAN BAHAN YANG DIGUNAKAN
Persyaratan bahan yang
digunakan pada percobaan ini, yaitu:
1. Tanah
yang akan distabilisasi dengan kapur adalah tanah yang kohesi, berbutir halus,
atau lempung
2. Kapur
yang akan digunakan sebagai bahan stabiliasi di lapangan sama dengan jenis
kapur yang di akan diuji coba di laboratorium
Persyaratan bahan adalah sebagai
berikut :
1) tanah yang akan distabilisasi dengan kapur
adalah tanah yang berkohesi, berbutir halus atau lempung yang sama dengan yang
direncanakan di laboratorium sesuai SK SNI T-14-1992-03 tentang Tata Cara
Perencanaan Stabilisasi Tanah dengan Kapur;
2) kapur yang
akan digunakan sebagai bahan stabilisasi di lapangan adalah sama dengan jenis
kapur yang digunakan dalam perencanaan campuran stabilisasi tanah dengan kapur
di laboratorium.
Peralatan yang digunakan harus
layak pakai .
Alat penghampar, yaitu :
1)
tangki air;
2)
alat pemadat;
3)
alat bantu.
Peralatan
Peralatan yang digunakan harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut :
· alat
pencampur untuk pencampuran tanah dan kapur serta air di lapangan dapat
digunakan salah satu dari alat-alat berikut ini:
· alat-alat
pertanian, yaitu : alat pencampur pupuk alat pemecah tanah dan alat pembajak
tanah;
alat pembentuk mekanik;
pencampur
berjalan yaitu : alat pencampur menerus dan tempat pencampur berjalan;
pengaduk
rotor:
cangkul
mekanik atau sekop mekanik;
2)
alat pembentuk permukaan tanah;
3)
alat penghampar, yaitu :
·
Truk jangkit;
·
alat penyebar mekanik;
·
alat manual.
4) tangki air yang dilengkapi distributor untuk
menyiram pekerjaan selama pencampuran dan pemadatan;
5) alat pemadat, yaitu :
·
pemadat roda karet 10 –
12 ton;
·
pemadat roda tandem 8 –
10 ton.
6)
alat bantu, yaitu :
·
penggaruk;
·
sekop;
·
roda dorong dan alat
bantu lainnya yang diperlukan.
Persiapan di Lapangan
Persiapan di lapangan, sebagai
berikut :
1) tanah dasar yang akan distabilisasi harus
dibersihkan dari kotoran dan bahan organis serta bahan yang tidak dikehendaki
serta dijaga kelembabannya;
2) sebelum diberi kapur untuk dicampur, tanah
dipecah dan digemburkan terlebih dahulu dengan alat yang sesuai dengan jenis
tanah yang akan digemburkan;
3) air yang digunakan harus bersih tidak
mengandung asam, alkali, bahan organik, minyak, sulfat dan klorida di atas
nilai yang diijinkan sesuai SK SNI T-14-1992-03 tentang Tata Cara Pembuatan
Rencana Stabilisasi Tanah dengan Kapur.
Percobaan Lapangan
Pencampuran
kadar kapur yang sudah direncanakan di laboratorium, diperiksa dengan faktor
efisiensi pencampuran di lapangan dengan ketentuan sebagai berikut :
1)
rumus untuk menghitung faktor efisiensi, yaitu :
F.E = Kekuatan bahan yang dicampur di lapangan
kekuatan
bahan yang dicampur di laboratorium . .
. . . . . . . . (1)
Keterangan : Kekuatan bahan, diuji
dengan pengujian kuat tekan bebas.
2)
faktor efisiensi hubungannya dengan alat pencampuran, yaitu :
·
alat pembentuk mekanik
: 40 – 50%;
·
alat pencampur rotor :
60 – 80%;
·
instalasi pencampur :
80 – 100%.
3) percobaan lapangan dilaksanakan dengan
membuat jalur percobaan minimum sepanjang 200 meter.
4) selama
percobaan harus dilakukan hal-hal, sebagai berikut :
· kegemburan
tanah;
· faktor
efisiensi;
· derajat
kepadatan yang dicapai oleh alat pemadat;
· efektifitas
alat pencampur;
Cara
perawatan.
Pemadatan
Ketentuan pemadatan, sebagai
berikut :
1) tebal padat setiap lapisan 15 – 20 cm, jumlah
lintasan untuk tebal lapisan padat disesuaikan dengan ruas percobaan;
2) panjang maksimum pemadatan disesuaikan dengan
kapasitas produksi dan kemampuan peralatan pemadatan;
3)
pemadatan harus mencapai 95% kepadatan laboratorium;
4) bila akan memadatkan bagian berikutnya,
bagian tepi yang akan disambung dan sudah dipadatkan harus dipotong tegak lurus
dan roda pemadat tidak menggilas bagian yang sudah dipadatkan terlebih dahulu
sewaktu menggilas bagian yang baru;
5) selama melaksanakan pekerjaan stabilisasi
tanah dengan kapur sebaiknya dilakukan dalam cuaca hangat.
Perawatan dan Perlindungan
Ketentuan perawatan dan
perlindungan, sebagai berikut :
1) lapisan stabilisasi tanah dengan kapur harus
dirawat untuk mencegah kehilangan kadar air yang diperlukan untuk berhidrasi
dengan cara memberi penutup selama 4 hari;
2) selama masa perawatan, permukaan stabilisasi
tanah dengan kapur tidak boleh dilewati lalu lintas atau alat-alat berat.
Pengendalian Mutu
Pengendalian
mutu terdiri dari pengendalian mutu persiapan tanah dan pengendalian mutu
persiapan tanah dan pengendalian mutu stabilisasi tanah dengan kapur yang
meliputi :
1)
pemeriksaan kerataan;
2)
pemeriksaan penggemburan;
3)
pemeriksaan pencampuran;
4)
pemeriksaan kepadatan;
5)
pemeriksaan ketebalan;
6)
perawatan.
Pemeriksaan Kerataan
Pemeriksaan kerataan, sebagai
berikut :
1) kerataan tanah harus diperiksa setiap jarak
25 meter dengan menggunakan mistar pengukur kerataan panjang 3 m;
2)
ketidakrataan di bawah mistar yang diijinkan, yaitu 1,5 cm;
3) bagian yang lemah seperti terlalu basah atau
kurang padat harus diperiksa secara visual dan ditangani menurut ketentuan yang
berlaku.
Pemeriksaan Penggemburan
Pemeriksaan
penggemburan dapat dilakukan dengan mengambil satu contoh tanah yang sudah
diproses untuk setiap 2 m2; proses kegemburan dapat dikontrol dengan rumus
:
PK = A/B x 100% .................................................................................... (2)
Keterangan :
PK
= proses kegemburan
A
= berat kering tanah yang lolos
saringan tanah No. 4
B =
berat kering total contoh (tidak termasuk kerikil yang tertahan saringan
No. 4).
Pemeriksaan Pencampuran
Pemeriksaan pencampuran, sebagai
berikut :
1)
keseragaman bahan setelah pencampuran dapat dilakukan secara visual;
2) membuat galian ke arah melintang dengan
ketebalan setebal hamparan setiap 50 m;
3) bila hasil dari penelitian visual, campuran
telah menunjukkan keseragaman yang baik maka contoh dapat diambil untuk
dilakukan pengujian untuk mencari faktor efisiensi dari pencampuran.
Pemeriksaan Kepadatan
Pemeriksaan kepadatan, sebagai
berikut :
1)
kepadatan harus diperiksa minimal satu titik untuk setiap 500 m2;
2) dilakukan dengan memakai alat kerucut pasir,
silinder tekan atau gelembung balon karet bila masih kurang padat maka lintasan
harus ditambah seperlunya.
Pemeriksaan Ketebalan
Pemeriksaan ketebalan, sebagai
berikut :
1) ketebalan hasil stabilisasi tanah dengan
kapur harus diperiksa pada setiap jarak 50 m;
2) tebal padat stabilisasi tanah dengan kapur
yang sudah selesai tidak boleh kurang dari 1,25 cm dari tebal rencana.
Perawatan
Selama waktu
perawatan perlu dilakukan pengamatan kelembaban secara periodik setiap 24 jam,
selama waktu perawatan.
2.6 CARA PENGERJAAN
Langkah-langkah
cara pengerjaan stabilisasi tanah dengan kapur di lapangan, sebagai berikut :
· siapkan
tanah yang akan distabilisasi untuk pencampuran stabilisasi tanah lempung
dengan kapur dilakukan di tempat;
· gemburkan
tanah yang akan distabilisasi sesuai dengan sub bab 3.2;
· hamparkan
kapur yang akan dicampur secara merata dengan cara manual atau dengan alat
penyebar mekanik, sesuai dengan yang dibutuhkan apabila pencampuran dilakukan
di lokasi setempat;
· aduk
kedua bahan sampai merata, selama pengadukan dapat ditambahkan air bila
diperlukan dan pemberian air dilakukan secara bertahap sampai memenuhi
ketentuan yang berlaku;
· sesuaikan
dengan yang direncanakan dan kemampuan alat pencampur tebal campuran di lapangan
sebelum dipadatkan, yaitu 30 cm lepas;
· padatkan
tanah pada butir dengan menggunakan pemadat roda karet atau yang sejenis sesuai
dengan ketentuan Sub Bab 3.3;
· lakukan
pemadatan dari tepi menuju ke tengah sejajar sumbu jalan pada bagian yang
lurus; sedangkan pada tikungan dilakukan dari bagian yang rendah ke bagian yang
tinggi sejajar sumbu jalan, demikian pula pada tanjakan, pemadatan dilakukan
dari bagian yang rendah menuju ke tempat yang tinggi sejajar sumbu jalan;
· lakukan
pemadatan awal dengan pemadat roda karet; pada lintasan pertama roda penggerak
dari mesin penggilas ditempatkan di depan; setelah pemadatan awal jika masih
perlu diratakan dan dibentuk, dipakai alat pembentuk mekanik;
· lakukan
pemadatan akhir dengan alat pemadat roda tandem, setelah kerataan memenuhi
persyaratan;
· periksa
kepadatannya dan ukur tebal lapisan padat setelah minimum 4 lintasan;
· usahakan
konstruksi lapisan campuran tidak menjadi kering, selama pelaksanaan dan selama
masa perawatan;
· lakukan
pengendalian mutu selama pekerjaan berlangsung; pengamatan kelembaban dilakukan
untuk menentukan efektivitas cara perawatan yang digunakan.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penelitian ini dapat di simpulkan
bahwa stabilisasi tanah dengan menggunakan kapur terbukti bahwa terjadi peningkatan daya dukung tanah
yaitu Sebelum distabilisasi, daya dukung tanah adalah 2%, dan setelah
distabilisasi atau ditambahkan kapur lime kedalam tanah, daya dukung meningkat
menjadi 5%, sehingga dapat dipergunakan sebagai tanah dasar perkerasan jalan raya. Penilitan dilakukan di
laboratorium jalan raya dengan alat proctor. 10 - 30% kapur lime dari berat
volume tanah dengan selang 5% ditambahkan pada tanah, diaduk kemudian
dipadatkan dengan alat Proctor.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
2018. http://sml.sipil.ft.unand.ac.id/index.php/whats-new/tanding/28-macam-macam-stabilisasi-lapisan-tanah
Anonim,
2013. https://www.ilmutekniksipil.com/teknik-pondasi/sistem-klasifikasi-tanah-aashto-dan-uscs
Tidak ada komentar:
Posting Komentar